Keadaan Geografis




Keadaan Geografis dan Iklim (Geographycal Condition and Climate)

 

Kabupaten Muara Enim merupakan salah satu daerah di Provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis terletak pada posisi antara 4o – 6o Lintang Selatan dan 104o – 106o Bujur Timur. Kabupaten Muara Enim mempunyai wilayah cukup luas dan mempunyai sumber daya alam yang cukup melimpah dengan sebagian besar wilayahnya merupakan daerah aliran sungai. Luas wilayah Kabupaten Muara Enim sekitar 7.383,9 km² terletak di tengah-tengah wilayah Provinsi Sumatera Selatan, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, Kabupaten Banyuasin, dan Kota Palembang.

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Ogan Ilir, Ogan Komering Ulu, Kota Palembang dan Kota Prabumulih.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan dan Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu.

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Musi Rawas, Kota Pagaralam dan Kabupaten Lahat.


Wilayah administrasi Kabupaten Muara Enim terbagi menjadi 20 Kecamatan yang terdir dari 326 desa/kelurahan yaitu 310 desa dan 16 kelurahan. Ibukota terletak di Kecamatan Muara Enim. Jarak terjauh dari ibu kota Kabupaten Muara Enim ke ibu kota kecamatan adalah Kecamatan Muara Belida yaitu sejauh 160 km. Selanjutnya adalah Kecamatan Sungai Rotan yaitu sejauh 150 km, Kecamatan Rambang sejauh 122 km, dan Kecamatan Gelumbang sejauh 121 km. Sementara yang terdekat adalah Kecamatan Muara Enim, Lawang Kidul dan Ujan Mas. Kabupaten Muara Enim terdir dari 20 kecamatan. Kecamatan yang memilki luas wilayah terbesar adalah Kecamatan Lubai yaitu seluas 984,72 km2 (10,80 persen) dari total luas wilayah Kabupaten Muara Enim. Selanjutnya, Kecamatan Gunung Megang seluas 66,40 km2 (7,30 persen) dari luas wilayah Kabupaten Muara Enim, Kecamatan Gelumbang seluas 644,2 km2 (7 persen) dan Kecamatan Rambang Dangku seluas 628,24 km2 atau (6,9 persen) sedangkan kecamatan yang memilki luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Kelekar dengan persentase luas (1,7 persen) dari luas wilayah Kabupaten Muara Enim. Topografi Kabupaten Muara Enim cukup beragam mulai dari dataran rendah sampai dengan dataran tingi. Sebagian besar kecamatan terletak di daerah dataran rendah dengan ketingian kurang dari 100 meter di atas permukan laut (dpl) yang meliputi 20 (dua puluh) kecamatan, dengan cakupan luas mencapai 7.058,41 km² (77,22 persen) dari luas Kabupaten Muara Enim. Lima kecamatan lainya berada pada ketingian lebih dari 10 meter di atas permukan laut (mdpl), yaitu Kecamatan Lawang Kidul (100-50 m dpl), Kecamatan Tanjung Agung (500-800 mdpl), Kecamatan Semende Darat Tengah (100 m dpl), Kecamatan Semende Darat Laut (500- 1000 m dpl) dan Kecamatan Semende Darat Ulu (>100 m dpl). Untuk lebih jelasnya, tingi rata-rata, luas daerah dan jumlah desa/kelurahan menurut kecamatan di Kabupaten Muara Enim Tahun 2013.

Topografi Kabupaten Muara Enim cukup beragam mulai dari dataran rendah sampai dengan dataran tingi. Sebagian besar kecamatan terletak di daerah dataran rendah dengan ketingian kurang dari 100 meter di atas permukan laut (dpl) yang meliputi 20 (dua puluh) kecamatan, dengan cakupan luas mencapai 7.058,41 km² (77,22 persen) dari luas Kabupaten Muara Enim. Lima kecamatan lainya berada pada ketingian lebih dari 10 meter di atas permukan laut (mdpl), yaitu Kecamatan Lawang Kidul (100-50 m dpl), Kecamatan Tanjung Agung (500-800 mdpl), Kecamatan Semende Darat Tengah (100 m dpl), Kecamatan Semende Darat Laut (500- 1000 m dpl) dan Kecamatan Semende Darat Ulu (>100 m dpl). Untuk lebih jelasnya, tingi rata-rata, luas daerah dan jumlah desa/kelurahan menurut kecamatan di Kabupaten Muara Enim Tahun 2013.

Dengan keragaman topografi tersebut menimbulkan terbentuknya banyak bukit dan sungai. Sebagian besar wilayah Kabupaten Muara Enim (75,7 persen) terletak pada kemirngan lereng kurang dari 120 dan 9,4 persen berada pada kemirngan lereng 120-400 dan selebihnya merupakan daerah dengan kemirngan lebih besar dari 400 sekitar (14 persen). Daerah dataran tingi di bagian barat daya, merupakan bagian dari rangkaian pegunungan Bukit Barisan. Daerah ini meliputi Kecamatan Semende Darat Ulu, Semende Darat Laut, Semende Darat Tengah dan Kecamatan Tanjung Agung. Daerah dataran rendah berada di bagian tengah. Pada bagian barat laut-utara, terdapat daerah rawa yang berhadapan langsung dengan aliran Sungai Musi. Daerah ini meliputi kecamatan di dataran rendah dan rawa lebak yaitu Kecamatan Gelumbang, Muara Belida, dan Sungai Rotan.

Secara geologis, Kabupaten Muara Enim diklasifkasikan dalam cekungan Sumatera pada formasi Palembang bagian tengah berumur meocene-pleocene dengan formasi batuan berupa endapan batuan yang berlokasi dari rendah ke tingi seperti yang berada di Bukit Asam. Sebesar (42,23 persen) dari luas Kabupaten Muara Enim memilki jenis tanah podzolik merah-kuning, dikuti aluvial sekitar (26,03 persen) dari luas wilayah. Tanah tersebut terutama tersebar di sekitar Kecamatan Tanjung Agung, Muara Enim, dan Gelumbang. Sementara Asosiasi Podzolik coklat kekuning-kuningan dan hidromorf kelabu seluas (7,59 persen) tersebar di sekitar Kecamatan dan Gelumbang.

Pemanfatan lahan di Muara Enim terbagi menjadi 2 (dua) kelompok besar, yaitu Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Kawasan ini pada dasarnya merupakan kawasan yang berdasarkan analisis daya dukung mempunyai keterbatasan untuk dikembangkan karena adanya faktor-faktor limitasi yang menjadi kriteria (lereng, jenis tanah, curah hujan, ketingian; serta zona bahaya gunung api, zona kerentanan gerakan tanah, dan zona konservasi air potensial sangat tingi).

Secara keseluruhan, pola spasial pemanfatan ruang kawasan lindung tersebar terutama di bagian utara dan selatan Kabupaten Muara Enim. Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi untuk dibudidayakan atas dasar kondisi potensi sumber daya alam, manusia dan buatan. Termasuk dalam kawasan budidaya ini adalah kawasan pertanian, kawasan permukiman dan industri. Pola pemanfatan ruang kawasan budidaya secara spasial mengarah pada bagian wilayah barat-imur, mencakup wilayah yang berdasarkan analisis daya dukung lahan tergolong sangat tingi, dan tingi, baik untuk pengembangan kawasan budidaya perdesan/pertanian maupun perkotan.